Mawardi berpikir, mungkin jamaah haji ingin sekali menunjukkan rasa hormat mereka pada ibadah haji yang sudah lama mereka nantikan. Apalagi bagi yang sudah menunggu puluhan tahun dan menabung dari kerja kerasnya.
“Jadi, kami tetap mengingatkan untuk pakai baju biasa. Pak Kakanwil bahkan kadang menelepon dan memberi tahu teman-teman petugas kloter. Tapi kami juga harus pengertian dan menghargai perasaan jamaah,” katanya.
Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif juga membicarakan ini saat menyambut kedatangan jamaah haji dari Sidenreng Rappang di Aula Arafah, Asrama Haji Sudiang. Menurutnya, hal ini sudah biasa terjadi di daerahnya.
“Saya tahu warga saya suka begitu. Mereka masih pakai baju batik, tapi nanti pasti akan pakai baju yang bagus. Saya sudah telepon Bupati Maros, jamaah saya ingin ganti baju di Masjid Raya Maros, tolong dibantu,” ujarnya.
Politisi Nasdem itu menambahkan, ia juga akan menjemput jamaah di rumahnya. Karena di sana tempat ia melepas mereka, jadi mereka juga akan disambut di sana.
“Saya lepas jamaah di rumah jabatan. Tadi saya jemput di pesawat, sekarang di aula, nanti saya lanjut lagi sambut di rumah jabatan. Tapi ada satu jamaah dari Tanru Tedong yang meninggal, jadi tidak bisa ikut dengan kami semua. Mari kita doakan yang terbaik untuk beliau,” ucapnya.
Dewi Raube (40), salah satu jamaah dari Sidrap, mengatakan pakaian yang ia pakai memang pakaian adat Bugis Sidrap. Ia menjahitnya sendiri sebelum berangkat dan berencana memakainya saat pulang nanti.