>

Kolaborasi Fesyen Dua Negara, Dapat Dukungan dari Presiden Prancis

5 Min Read


Jakarta, VAOK – PINTU Incubator itu seperti tempat khusus buat desainer muda berkembang. Mereka diajari, dimetahui orang penting, bertukar budaya, dapat pengalaman kerja, dan bisa dikenal di pasar dunia.

Program ini bantu desainer muda kenal dengan ahli, lembaga, dan dunia kreatif dari Indonesia dan Prancis. Dalam tiga tahun, PINTU sudah banyak dikenal (lebih dari 10.000 merek tertarik), memilih 51 desainer untuk ikut, dan ada 86 mentor yang membantu, termasuk 33 dari Prancis. Yuk, geser untuk info lengkapnya!

Thresia Mareta, yang bantu bikin PINTU Incubator dan juga punya LAKON Indonesia, senang sekali karena banyak yang dukung. Bahkan, Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, datang berkunjung dan pemerintah Prancis juga bantu.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, waktu bicara di Candi Borobudur tanggal 29 Mei 2025, bilang dukungannya untuk PINTU. Beliau bilang PINTU itu contoh nyata kerja sama budaya yang harus terus dikembangkan.

“Waktu Presiden Macron sebut langsung PINTU pas di Candi Borobudur, saya jadi tahu ini bukan cuma pengakuan buat program kami, tapi juga tanda kuat kalau budaya, pendidikan, dan kreativitas bisa menyatukan dua negara,” kata Thresia Mareta saat jumpa pers di Jakarta.

Tahun 2025 ini penting buat PINTU Incubator karena ada Residency Program baru. Program ini buat desainer muda Prancis yang mau datang ke Indonesia. Tujuannya biar mereka bisa belajar langsung dari kreativitas Prancis dan kekayaan budaya Indonesia. Mereka akan tinggal dan kerja di dua tempat di Indonesia selama tiga bulan. Mereka akan belajar cara bikin batik di Jawa dan kain tradisional di bagian timur Indonesia.

Tahun ini, dua desainer muda Prancis yang dipilih adalah Kozue Sullerot dan Priscille Berthaud. Mereka magang di LAKON Indonesia dan bekerja sama bikin koleksi yang menggabungkan dua budaya. Koleksi ini nanti akan dipamerkan di LAKON Store dan acara terkenal, Premiere Classe Paris.

“Residency Program ini langkah nyata kami buat mempererat kerja sama antar budaya. Mereka bisa langsung bekerja sama dengan pengrajin dan saling berkreasi. Mereka tidak cuma dapat pelatihan teknis, tapi juga pengalaman kerja dan pribadi,” ujar Thresia Mareta.

Soegianto Nagaria, Ketua JF3 dan juga bantu bikin PINTU Incubator, bilang perjalanan PINTU itu bagian dari komitmen jangka panjang JF3 untuk mengembangkan dunia mode Indonesia.

“Sudah lebih dari dua puluh tahun, JF3 terus mendorong talenta muda, mengembangkan bisnis fashion, menghargai pengrajin dan karya tradisional, serta membuka peluang kerja sama antar industri dan negara. Konsistensi ini menunjukkan komitmen kami untuk membangun ekosistem yang kuat dan terus berkembang. Kami tidak cuma merayakan kreativitas, kami berinvestasi dan mengarahkannya ke pasar nyata dan dikenal di dunia,” ujarnya.

Menurut Soegianto, setelah tiga tahun berjalan, PINTU Incubator tidak cuma memenuhi harapan, tapi sudah jadi tempat penting buat menghasilkan merek-merek baru yang punya pandangan internasional.

Dalam acara yang sama, PINTU Incubator juga umumkan enam merek yang akan tampil di JF3 Fashion Festival 2025, yaitu CLV, Dya Sejiwa, Lil Public, Nona Rona, Rizkya Batik, dan Denim It Up.

Setelah enam bulan di program inkubasi, ketiga merek ini akan memamerkan koleksi mereka dalam satu acara yang disebut ‘Echoes of the Future by PINTU Incubator featuring Ecole Duperre,’ yang akan diadakan pada Minggu, 27 Juli 2025 pukul 16.30 WIB di Summarecon Mall Kelapa Gading, sebagai bagian dari JF3 Fashion Festival 2025.

Acara ini juga melibatkan tiga siswa dari Ecole Duperre Paris: Pierre Pinget, Bjorn Backes, dan Mathilde Reneaux. Melalui koleksi bersama yang akan ditampilkan, desainer dari Indonesia dan Prancis akan merayakan perpaduan antara nilai-nilai tradisional dan semangat baru.



Share This Article