Jakarta (VAOK) – Buat banyak orang, mendengar musik Britpop itu seperti membuka pintu ke kenangan saat mendukung tim bola favorit. Musik dari Inggris ini terasa sangat dekat dengan dunia sepak bola Inggris, bahkan Eropa. Ini bukan datang tiba-tiba, tapi tumbuh dari sejarah panjang hubungan antara musik, olahraga, dan gaya hidup penggemarnya.
Britpop populer banget di tahun 1990-an dengan band-band besar seperti Oasis, Blur, dan Pulp. Mereka tidak cuma memengaruhi musik saat itu, tapi juga mencerminkan semangat orang-orang biasa yang jadi pendukung setia bola di Inggris. Lagu-lagu mereka liriknya sederhana, cerita sehari-hari, dan kritik sosial, membuat Britpop terasa seperti “soundtrack” kehidupan di stadion.
Contoh lagunya ‘Three Lions (Football’s Coming Home)’. Liriknya ditulis dua komedian, tapi musiknya dibuat oleh The Lightning Seeds—band Britpop terkenal yang bikin lagu ini punya semangat seperti lagu kebangsaan. Lagu ini selalu dinyanyikan di stadion setiap Inggris main di turnamen internasional.
Selain itu, nuansa bebas dan sedikit “nakal” Britpop juga cocok dengan gaya hidup penggemar bola. Lihat Oasis, dengan Liam Gallagher yang sangat mendukung Manchester City. Dia jadi contoh orang yang santai tapi unik dalam mendukung klubnya. Lagu ‘Cigarettes and Alcohol’ bahkan membanggakan budaya minum dan merokok, yang sering ditemui di stadion, terutama di liga bawah Inggris.
Oasis saja tidak, Blur juga dekat dengan klub Chelsea dan membawa ciri khas London ke musik mereka. Lagu ‘Parklife’ dianggap gambaran orang biasa di kota—yang banyak jumlahnya di tribun. Sementara Pulp lewat ‘Common People’ menyoroti perbedaan kelas dengan cara lucu tapi jujur, yang sesuai dengan semangat pendukung bola yang biasanya berasal dari kalangan pekerja.
Hubungan antara musik dan bola juga terlihat dari lagu Britpop yang dipakai di stadion. ‘Bittersweet Symphony’ dari The Verve pernah jadi lagu pembuka pertandingan timnas Inggris di TV ITV. Lagu-lagu The Stone Roses bahkan masih sering diputar di Old Trafford, kandang Manchester United, setiap pertandingan kandang.
Tidak hanya musik, Britpop juga memengaruhi gaya berpakaian penggemar bola. Gaya ‘Mod’ dan ‘Casual’ dengan kaos Fred Perry, jaket Harrington, sepatu Adidas klasik, dan syal Burberry jadi pakaian biasa bagi penggemar bola, terutama di liga bawah. Ini karena para musisi Britpop sering pakai pakaian serupa, termasuk jersey klub lokal sebagai tanda kebanggaan daerah.
Tidak heran, saat Manchester City meluncurkan jersey keempat yang didesain bersama Noel Gallagher dari Oasis, banyak yang langsung mengaitkannya dengan sejarah panjang Britpop di dunia bola. Begitu juga saat Damon Albarn dari Blur lewat Gorillaz terlibat dalam peluncuran jersey Chelsea di tahun 2017, kesan Britpop seolah tidak hilang dari lapangan hijau.
Fenomena ini menunjukkan satu hal: Britpop dan sepak bola di Inggris tumbuh bersama sebagai simbol dari kelas pekerja. Musik membangkitkan semangat di stadion, stadion membalas dengan membangun kesetiaan dari generasi ke generasi. Meskipun masa kejayaan Britpop sudah lama berlalu, pengaruhnya masih terasa. Dengan kabar reuni Oasis, hubungan erat antara Britpop, sepak bola, dan gaya berpakaian sepertinya akan terus bergema di stadion-stadion Inggris. Ini mengingatkan bahwa musik, olahraga, dan identitas sering saling terkait, kesimpulannya dari berbagai sumber.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita VAOK.