>

Mengulik sejarah perayaan Diwali dan aktivitas di dalamnya

6 Min Read



Jakarta (VAOK) – Festival cahaya namanya Deepawali atau Diwali. Dirayakan setiap tahun oleh orang Hindu, Sikh, Jain, dan Buddha di seluruh dunia. Tahun ini, Diwali jatuh pada Senin, 20 Oktober sampai Selasa, 21 Oktober 2025.

Festival ini seperti rayakan menang melawan kegelapan. Nama Deepawali berasal dari bahasa Sansekerta, “deepa” artinya lampu tanah liat, dan “avali” artinya barisan. Jadi, artinya “barisan lampu”.

Festival setahun sekali ini terkenal dengan cahaya kembang apinya yang cantik.

Selain itu, orang yang merayakan Diwali biasanya menyalakan lampu di wadah tanah liat.

Mereka juga menghias lantai dengan gambar dari pasir warna-warni, kelopak bunga, atau alat hias lainnya.

Di Diwali, bagi sebagian orang, ini juga awal tahun baru.

Hari Diwali dihitung berdasarkan kalender bulan Hindu, kalender yang menghitung waktu berdasarkan bulan mengelilingi Bumi.

Diwali dirayakan sebelum bulan baru datang, yaitu bulan Asvina dan Kartika. Bulan ini biasanya jatuh antara bulan Oktober dan November setiap tahunnya.

Lalu, bagaimana sejarah Diwali setiap tahun ini? Yuk, simak lebih lanjut dari berbagai sumber.

Seperti yang sudah disebutkan, Diwali dirayakan oleh orang Hindu. Tapi, orang Jain, Sikh, dan Buddha juga ikut merayakan.

Karena itu, sejarah Diwali berbeda-beda, tergantung kepercayaan orang yang merayakan.

Tapi secara umum, Diwali artinya kemenangan melawan kejahatan. Sejarahnya sudah ada sekitar 2.500 tahun lalu.

Sejarah Diwali bagi Orang Hindu

Sejarah Diwali bagi orang Hindu ada beberapa cerita. Agama Hindu dianggap agama tertua di dunia, sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi.

Di versi India Utara, Diwali merayakan kemenangan dan kembalinya dewa mereka, Pangeran Rama, ke kota Ayodhya. Dulu, Rama diasingkan selama 14 tahun karena rencana jahat ibu tirinya.

Diwali juga merayakan kembalinya Sita, istri Rama yang juga dewi Lakshmi, yang diculik oleh musuhnya, Pangeran Rahwana.

Sementara di India Selatan, Diwali dirayakan untuk mengenang kemenangan Dewa Khrisna melawan raja iblis Narakasura.

Raja iblis itu menyiksa rakyatnya dengan memenjara 16.000 wanita dan menghukum siapa saja yang melawan.

Di India Barat, Diwali mengenang saat Dewa Wishnu mengusir Raja Bali ke alam baka. Raja Bali punya kekuatan besar dan jadi ancaman bagi dewa.

Selain itu, Diwali juga bisa jadi peringatan tentang Dewi Durga yang mengalahkan iblis Mahisha, atau saat Dewa Wishnu lahir kembali sebagai Ramachandra.

Intinya, Diwali selalu mengenang kemenangan para dewa Hindu atas kejahatan.

Diwali juga berhubungan dengan perayaan Dewi Lakshmi, dewi kekayaan dan keberuntungan. Dulu, saat panen terakhir sebelum musim dingin, orang India berdoa kepada Dewi Lakshmi agar diberi keberuntungan.

Sampai sekarang, Diwali masih dianggap hari pertama tahun keuangan baru bagi bisnis di India.

Sejarah Diwali bagi Orang Jain

Orang Jain adalah agama kecil di India yang sudah ada sejak abad pertama SM (Sebelum Masehi).

Agama Jain punya banyak kesamaan kepercayaan dengan Hindu.

Di Diwali, orang Jain memperingati saat pendiri agama mereka, Dewa Mahavira, mencapai Nirwana atau Moksha.

Sejarah Diwali bagi Orang Sikh

Sikh adalah agama kecil di India yang muncul di akhir abad ke-15. Agama ini seperti gerakan dalam Hindu yang khusus menyembah Dewa Wishnu.

Di Diwali, orang Sikh merayakan pengampunan guru keenam mereka, Hargobind Singh.

Pada abad ke-17, Hargobind Singh dipenjara selama 12 tahun oleh Kaisar Mughal Jahangir.

Sejarah Diwali bagi Orang Buddha

Buddha adalah agama yang sudah ada sejak abad ke-6 SM.

Orang Buddha merayakan Diwali untuk memperingati saat Kaisar Hindu Ashoka pindah ke agama Buddha. Ashoka adalah kaisar yang memerintah pada abad ke-3 SM.

Bagaimana Diwali Dirayakan

Cara merayakan Diwali bisa berbeda di setiap daerah.

Tapi biasanya, perayaan Diwali sama-sama ada makanan manis, kumpul keluarga, dan menyalakan lampu tanah liat.

Diwali dirayakan selama lima hari, dengan acara seperti ini:

  • Hari pertama: Membersihkan rumah, membuat kue, dan berdoa pada Dewi Lakshmi. Orang juga membeli emas atau barang rumah tangga sebagai simbol keberuntungan.
  • Hari kedua: Menghias rumah dengan lampu tanah liat dan membuat gambar lantai (rangoli) dari pasir, kelopak bunga, atau bubuk warna-warni.
  • Hari ketiga: Ini puncak perayaan Diwali. Orang pergi ke kuil untuk menghormati Dewi Lakshmi, lalu kumpul keluarga dan teman untuk pesta kembang api. Lampu tanah liat dinyalakan dan makan malam bersama keluarga.
  • Hari keempat: Hari ini dianggap sebagai awal tahun baru. Orang saling mengucapkan selamat dan bertukar hadiah untuk menyambut tamu.
  • Hari kelima: Hari ini untuk menghormati saudara. Biasanya, saudara laki-laki mengunjungi saudara perempuannya membawa hadiah. Saudara perempuan menyambut saudara laki-lakinya dengan menyiapkan makanan dan berdoa untuk kebaikan saudara laki-lakinya.

Dari berbagai cerita dan cara perayaannya, Diwali selalu bermakna bagi Hindu, Sikh, Jain, dan Buddha.

Festival ini mempererat hubungan keluarga, berbagi kebahagiaan, dan merayakan kemenangan atas kegelapan.

Selain di India, Diwali juga dirayakan di banyak negara lain seperti Sri Lanka, Indonesia, Singapura, Nepal, dan Malaysia.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita VAOK.

Share This Article