>

Tersinggung Isu Ijazah Palsu Gibran, Alumni MDIS: Aku Juga Punya Ijazah yang Sama

2 Min Read

“Jadi, dunia pemasaran itu ada dua jenis. Ada yang lebih fokus ke cara berpikir dan berkomunikasi, itu biasanya gelar BA (Sarjana Seni),” kata Dian.

“Tapi ada juga pemasaran yang lebih berhubungan dengan angka, statistik, atau ilmu pasti, itu biasanya gelar Bachelor of Science (Sarjana Sains),” tambahnya.

Menurut Dian, informasi seperti ini gampang dicari di website resmi kampus. Dia juga bilang, aturan pendidikan di Singapura sangat ketat.

Dian memberi contoh soal kartu pelajar mahasiswa (student pass). Kalau mahasiswa izin tidak masuk lebih dari 10%, visanya bisa dicabut. Bahkan, izin kampus bisa bermasalah.

“Bayangkan, izin datang ke kelas saja dijaga ketat, apalagi soal ijazah. Jadi, sangat sulit untuk membuat ijazah palsu di Singapura,” tegasnya.

Lalu, Dian menjelaskan perbedaan penting lainnya antara pendidikan di Indonesia dan Singapura.

“Di Singapura, ada Sekolah Dasar selama enam tahun. Setelah itu, ada tes namanya PSLE (tes PSLE),” jelasnya.

Dian menjelaskan, dari hasil tes itu, siswa akan dibagi menjadi dua jenis sekolah menengah: yang biasa atau yang cepat belajar. Ini mirip dengan SMA di Indonesia.

“Yang cepat belajar itu empat tahun, jadi sudah beda ya. Yang biasa empat tahun ditambah satu tahun. Jadi, jalur biasa pun sudah berbeda, tidak cuma enam tahun,” ujarnya.

“Kemudian, ada tes lagi untuk menentukan apakah siswa bisa melanjutkan ke sekolah menengah atas khusus (junior college) selama dua tahun atau ke sekolah kejuruan (politeknik) selama tiga tahun,” tambahnya.

Jika masuk ke junior college, dia menegaskan bahwa akan lebih mudah untuk masuk ke Universitas.


Share This Article