Dulu, perahu panjang yang disebut ‘jalur’ dipakai untuk naik turun sungai. Tapi lama-lama, perahu ini jadi bagian penting dari budaya dan kebanggaan masyarakat di daerah itu.
Sekarang, Pacu Jalur bukan cuma lomba perahu. Ia jadi acara seni dan budaya di air. Ada hiasan kepala seperti naga, harimau, atau buaya. Anak-anak juga menari di ujung perahu, dan video mereka jadi viral karena tren “Aura Farming” di media sosial.
Tiang tinggi, payung tradisional, dan kain warna-warni membuat tampilan jalur di sungai semakin indah.
Yang bikin banyak orang terkejut, Pacu Jalur jadi viral di TikTok malah memunculkan berbagai klaim dari luar negeri. Banyak orang asing yang ikut membagikan video Pacu Jalur dan menambahkan tagar yang menunjukkan kebanggaan negara mereka, seolah ingin mengatakan, “Ini juga milik kami.”
Buat masyarakat Riau, ini bukan hanya soal viral. Ini tentang jati diri mereka.
“Kalau budaya kami diklaim macam-macam, sampai kapan kita diam saja?” kata seorang tokoh adat dari Kuansing yang berbicara di media sosial tentang masalah ini.
Dengan Pacu Jalur yang viral di seluruh dunia, muncul pertanyaan besar: akankah Indonesia segera melindungi ini sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan oleh UNESCO? Atau justru kita akan ketinggalan seperti yang pernah terjadi sebelumnya?
Satu hal yang pasti, masyarakat Indonesia tidak akan tinggal diam. Bagi mereka, Pacu Jalur bukan cuma lomba dayung. Ini adalah semangat budaya Riau, dan sekarang, seluruh dunia mulai memperhatikan.